Tuesday, January 29, 2013

Budaya menghasilkan prestasi



Di sebuah rumah yang sederhana, aku tinggal bersama keluarga ku. Saya anak ke tiga dari lima bersaudara. Setiap hari saya slalu memperhatikan orang-orang yang berada di sekitarku.
Waktu pun sudah menunjukan pukul enam pagi. Akupun bersiap untuk berangkat, ku buka pintu depan rumah, terlihat ada segerombolan anak remaja yang habis pulang dari pengajian kitab kuning. Kitab kuning merupakan ajaran tentang agama islam yang di dalamnya belajar tentang banyak mengenai islam.
Ketika aku masih keci, pada waktu setelah mentari mulai terbenam suara adzan mengumandang, akupun melaksanaakan ibadah. Setelah itu ku ambil al – qur’an dengan berpakaian menutup auratku berjalan bersama dua kakak perempuan ku yang bernama fetin kakak perempuan pertamaku dan  yang bernama leni kakak perempuanku yang ke dua untuk pergi ke rumah nenek ku belajar membaca al-qur’an.
Aku dan dua kakak perempuan ku berhenti di depan rumah saudaraku yang masih ada hubungan keluarga besar, tepatnya mereka adalah sepupuku. Akupun berteriak memenggil mereka.
“teh titin, teh lilis, teh lihah, kang tomi, ngaji yuuuuuuuuuuuk,,,, “ teriakku dari depan rumah mereka.
“iyaaaah vuri,, tunggu bentar yaaaaa… “ jawab teh titin dari dalam rumah.
“cepetaaaaaaaaaaaaan,, nanti keburu kemalaman”
“iyaaa,, nanti yaaa..”
Kami pun menunggu mereka yang sedang bersiap-siap untuk berangkat dengan kami.
“lama banget yah teh merekaaa,,, kebiasaan bangetttttsss dah,,, “ ucap ku dengan kesal
“husssst,, jangan begitu. Tunggu sebentar saja.sabar yaaah de.” Jawab kak leni
“tapi khan lamaaaaaaa,,,”
“iyaaaaa,, tungguin aja”
“hmmmm… Iya dwehhhh,,”
Setelah kami menunggu lama, Mereka pun keluar dari rumahnya.
“maaf ya lamaaa” ucap ka titin
“Iyah,,, gak apa apa” jawab ka leni
“ka titin,, nanti jangan gitu yaaa,,,” saut ku
“iyah na,,,”
Suasana magrib itu pun menjadi ramai, di iringi dengan suara bacaan al-qur’an. sudah menjadi kebiasaan suasana magrib di tempat orang yang sudah berusia seetengah baya ini, tepatnya dia adalah nenek ku. Nenek ku seorang guru ngaji, banyak anak –anak remaja yang datang ke rumah nenek setelah maghrib untuk menimba ilmu dengan nenek. Tepatnya belajar ngaji.
Saaat nenek ku menyuruhku untuk membaca al-qur’an, ku ajak lidahku untuk mulai bergerak melantunkan ayat suci al-qur’an. ku mulai mengeluarkan suara indah yaitu suara al-qur’an. aku, dua kakak perempuan ku, sepupuku, dan anak remaja yang lainnya mulai membaca ayat suci al-qur’an. setelah kami selesai membaca al-qur’an kami pulang dengan rasa gembira dengan bertambahnya ilmu tentng cara membaca al-qur’an.
***
Sekarang usiaku mulai beranjak 20 tahun. Aku adalah seorang mahasiswi yang kuliah di jurusan kedokteran. Di subuh hari aku yang masih tertidur pulas.  Terdengar  bunyi suara ayam berkokok dan suara adzan yang begitu indah dan sangat menenangkan hati, Kemudian terdengar pula suara ibu ku yang sudah terlebih dahulu bangun dari keluarga yang membangunkan aku dan anggota keluarga yang lain untuk bangun melaksanakan sholat subuh.
“vuri,, hayoo bangun,, waktunya untuk sholat” suara ibu dari ruangan sebelah kamarku
“iyah bu, nanti bentar lagi.” Saut ku yang masih mengantuk karena semalam begadang
“sholat itu tidak boleh di tunda-tunda nak, hayo bangun waktunya sholat sekarang” jawab ibuku yang mencoba membujuku sambil mengetok pintu kamarku
“iya ibu. saya bangun sekarang.”
“ya udah, cepat ambil air wudhu setelah itu baca al-qur’an”
aku mencoba menggerakan tubuh ku dan membuka mata untuk melihat dunia yang sudah di penuhi berbagai macam keindahan. aku menuruti perintah ibuku. Setelah sholat kemudian membaca al-qur’an. Sungguh indah suasana subuh itu. Masih terdengar hening. Mendengar ibu membaca al-qur’an membuatku hatiku lebih sejuk. Setelah membaca al-qur’an aku dan ibuku menyempatan waktu untuk sekedar bercerit tentang kuliah ku.
“vuri, kamu sudah semester 5 ya?” Tanya ibu.
“iya bu, ko ibu Tanya seperti itu,, kenapa??”
“Engga apa-apa, Ibu menginginkan kamu  cepat lulus. Karena adik-adik kamu yang masih kecil masih panjang perjalanan hidupnya dalam menempuh pendidikan.”
“Iya bu.aku juga ingin cepat lulus. Supaya bisa membantu ibu, bapa, dan adik-adik”
“ya udah, sana kamu siap-siap untuk berangkat, nanti kamu telat”
“Iyah bu”
Aku pun mulai meninggalkan tempat duduk ku dan bergegas menyiapkan barang-barangku. Meski terasa masih mengantuk aku pun mencoba semangat untuk bersiap membereskan barang-barangku yang akan di bawa kembali ke kosanku. Aku mahasiswi yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Pulang ke rumah hanya hari sabtu dan minggu.
“ibu, aku sudah siap untuk berangkat” ucap ku, dari dalaam kamarku
“iyah nak,, mari kesini”
“iya bu, “
“ini uang jajannya.”
“ko,, hanya segini bu, mana cukup?”
“ibu,, punya uang hanya cukup ini, walaupun ada sisa sedikit tu buat membeli sayur untuk keperluan di rumah, jadi kamu harap maklum ya”
“yaaaaaah ibu,, teman aku aja di kasih uang jajan nya lebih dari ini.”
Ketika aku sedang berbicara dengan ibuku, tedengar suara kakak perempuan ku yang memotong pembicaraan ku dengan ibu.
“vuri,, kamu itu harus bersyukur,,, kalau di kasih jajan sama ibu terima apa adanya, kita di sini engga enak-enak khan ko, engga makan enak, engga shoping, dsb”
“kakak tuh,, engga tau keperluan aku disana,, aku kurang jika di kasih jajan dengan jumlah seperti itu”
“ya udah,, bersyukur ja,, mikir dunk,, kakak juga waktu kuliah jajan nya kurang.”
Ayah yang mendengar pembicaraan kami, ayah pun menjawab nya lagi.
“vuri,,,, kamu itu harus terima apa adanya ya nak,, ayah juga dulu pas masih kecil jajannya kurang. Ayah harus hidup mandiri pada waktu masih kecil, di karenakan ayah di tinggalkan seorang bapak yang seharusnya berada di samping  ayah.”
“Iyah ayah”
“bagus,, jikalau kamu ingin berkecukupan ,, nanti aja jika kamu sudah lulus kuliah dan bekerja, terserah kamu mau beli apapun. Ayah dan ibu senang jika melihat kamu berkecukupan.”
Akupun mulai meneteskan air mata dari kalimat Ayah yang barusan menesahatiku, aku harus sadar bahwa menuntut ilmu perlu banyak pengorbanan yang harus di lakukan.
***
Hari libur pun tiba, aaku pulang ke rumah. Sesampainya aku di rumah aku di ajak berbelanja dengan kakak perempuanku. ketika aku baru pulang setelah berbelanja dengan kakak perempuanku, saat ku letakan barang-barangku, ku mulai menghela nafas karena badan terasa letih karena seharian membeli barang-barang, dan terdengar suara teriakan ibu dari depan kamarku.
 “vuri,, ada tamu di depan ,tolong buka pintu nya nak,,”
“Iya bu,, tunggu sebentar yaaa,,”
Saat ku ku mulai membuka pintu depan rumah, pandangan ku terkejut melihat dua orang di depan ku, ternyata mereka adalah yoga dan  bayu, saat ku mulai berucap untuk menyuruh mereka masuk. Hatiku mulai berdetak tak karuan, raga ini rasanya ingin berlari kencang untuk menghindar dari mereka. Karena ku saat ini tak ingin bertemu dengan yoga orang dulu pernah mengisi hari-hari ku menjadi berwarna dan indah setelah itu membuat hidupku menjadi warna abu-abu meninggalkan semua kenangan indah yang telah kami lewati. akhirnya ku mulai memberanikan diri untuk berucap.
“silahkan masuk” ucapku
“iyah,,” ucap yoga.
“silahkan duduk”
Merekapun mulai duduk, dan saat itu ku mulai berjalan ke dapur untuk membawakan mereka minuman. Begitu minuman mulai ku letakan depan di meja mereka, hatiku kembali berguncang.
“silahkan minum” ucap ku
“makasih ya vuri” jawab yoga
“iyah sama” gimanaa kabar kalian,,?”
“baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya?”
“baik juga”
“syukurlah kalau begitu, oya,, maaaf ya jikalaau kedatangan kami mengganggu kamu”
“engga apa- apa ko, slow ja”
Kami pun mulai bebincang-bincang dengan pembicaran yang mengikuti alur, dan tak ku duga yoga mengatakan hal ini kepadaku.
“vuri kita main yuk”
“main kemana??”
“Kemana aja, aku ingin memberikan mu sebuah kejutan”
“kejutan apa”
“rahasia dunk, namanya juga kejutan”
“ekhmmm, ciyeeeeee,,,, yang CLBK, cinta lama belum kelar. Haaaahaaaa ( bayu yang memtong pembicaraan dan mencoba menggoda kami)
“hussst,, apa an sih luuu,, biasa ja kaliiii,,, weeeeeeh” saut yoga
“ini udah biasa kali brew,,,”
“makanya diem aja, lu khan tugas nya cumaa nganterin gw doank..huuuuuuuuuuuu”
“hmmm,, kalian lucu yaaa” ucapku yang berusaha menyembunyikann rasa Maluku.
“iya iya vuri,, gw diem deh sekaarang. Lagian tugas gw uma nganterin yoga supayya kalian balikan lagi ko,, upzzttss keceplosaaan” ucap bayu
“hussst,, banyak ngomong lu,, gw jadi malu tau ketahuan vuri,, ’’ bisik yoga pada bayu
Waktu malam itu pun terus berjalan, waktu menunjukan pukul sepuluh malam, saat nya mereka untuk pulang, karena di sekitar tempat tinggalku masih kental dengan agama. Jika ada seorang anak remaja perempuan di datangi oleh teman laki-lakinya batas waktunya jika malam sampai jam sepuluh. Mereka pun pamit pulang kepadaku dan kepada kedua orang tua ku.
“vuri,, mau engga nanti kita main?”
“iya,, lihat nanti aja ya”
“ya udah aku tunggu besok jawabannya sampa jam delapan pagi”
“iyah,, nanti aku sms kamu”
Saat yoga mulai menyalakan motor dan ban bon motor itu pun mulai berputar dan berlari menjauh begitu pun orang yang mengendarainya meninggalkan ku, menghilang dari pandanganku.
Ku beranjak ke kamarku untuk  mulai beristirat, ku pejamkan mata ini, tapi mengapa kelopak matapun tak ingin menutup bola mataku. Mungkin mataku sedang risau di karenakan otak ku memikirkan hal yang tak ku duga, yaitu yoga ang mengajak ku menemaninya.
***
Pagi pun telah tiba, ku lihat hand phone ku penuh dengan sms yang berisikan berbagai kata-kata indah dari yoga. Di antaranya yang berisi bahwa yoga sangat memohon kepadaku untuk menerima tawarannya.  Akhirnya pilihan pun sudah terjawab aku memilh untuk jalan bersama yoga. Yoga pun menjemput ku dengan pakaian yang sangat modis dengan motor yang sangat keren.
“vuri, hayo kita berangkat”
“iyah,, nanti dulu ya, aku mau ijin dengan ibuku”
“aku juga mau sekalian ijin dengan kedua orang tua mu”
“ok,, ayo kita ke belakang”
Aku dan yoga mulai berjalan ke belakang, terlihat ibu dan kedua kakak perempuan ku yang sedang sibuk memasak dan membuat kue untuk perayaan maulid Nabi Muhammad. Sudah tradisi di sekitar lingkungan rumah ku. Jika pada saat waktu maulid nabi Muhammad, warga memasak dan membuat kue untuk perayaan”
“ibu,, saya minta ijin untuk membawa vuri main denganku”ucap yoga
“iyah yoga,, hati-hati yaa,,”
“iya bu,,”
“oya kalian pulang nya sore yaa,, di karenakan nanti malam ada anton mau lomba adzan di masjid” (anton adalah adik laki-laki ku)
“iyah bu” aku menjawab
Kami pun pergi ke tempat yang indah, di situ yoga mulai berbicara kepadaku, mengatakan bahwa dia ingin mengisi kembali hari-hariku. Dan bibirpun langsung mengatakan bahwa aku masih menginginkan yoga untuk berada di sampingku. Entah mengapa bibir ini sontak mengatakannya, mungkin karena aku masih menyanginya.
***
Akupun pulang sore sesuai janjiku dan ke masjid bersama keluarga ku untuk melihat anton mengikuti lomba mengumandangkan adzan. Setelah lomba selesai tibalah saat pengumuma nya. Harapan kami menjadi kenyataan, anton menjadi juara pertama dalam perlombaan tersebut.
Orang tuaku sangat bangga kepada anton, mereka senang jika anak-anak mereka mempunyai segudang prestasi.

Impian Angsa kecil

Di sekolah harapan bangsa ada seorang siswi yang bernamana Hilda, Jurusan Ilmu pengetahuan Alam. sekarang dia sudah kelas Tiga SMA. Pada hari senin, tepatnya pada jam istirahat di sekolah SMA Harapan Bangsa, Hilda, maya, mawar, Dimas dan teman-teman yang lainnya belajar. Pada jam istirahat tiba, hilda dan teman-temanya keluar dari kelas untuk sekedar membeli jajanan setelah penat belajar. Mereka duduk di bangku di bawah pohon besar yang sejuk tempat mereka biasa membeli jajanan dan mengobrol.
“Engga terasa yah sekarang kita sudah kelas tiga dan sebentar lagi kita lulus.” ucap Dimas.
“Iyah,, nanti kita akan berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing”. Jawab Hilda.
“oyah,, kalian mau melanjutkan kemana? Tanya maya.
Mereka pun menjawab secara bergiliran
“kalau saya mau kembali pulang ke kampung halaman saya, dan mencoba membantu orang tua saya disana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari’’ jawab dimas
‘’ciyee Dimas,, tumben pinter,, hahaaa.. (mawar yang sengaja menggoda dimas) saya juga sependapat dengan kamu, saya ingin kerja dulu, jika uang nya sudah mencukupi saya ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi” jawab mawar
‘’kalian hebat, bagus sekali cita-cita kalian. Saya sangat mendukung kalian. Jika di Tanya saya mau melanjutkan kemana, saya ingin melanjutkan kuliah ke universitas yang saya inginkan. Dan kamu may, mau kmana?’’ saut Hilda
‘’saya ingin melanjutkan ke perguruan tinggi karena itu keinginan saya dan harapan orang tua saya.’’ Jawab maya.
Merekapun asyik berbincang-bincang tentang kelanjutan mereka setelah lulus nanti. Bel istirahat pun berbunyi, sudah saatnya untuk masuk kelas dan memulai belajar kembali. Bel pun berbunyi kembali yang menandakan waktunya mereka harus pulang.
‘’Hilda,, ayo siapkan teman-temanmu.” Ucap guru Hilda di kelas.
“baik pak” jawab Hilda.
Hilda pun menyiapkan teman-temanya dan memberi salam kapada guru ada di kelas itu.
***
Waktupun terus berlalu, Kelulusan pun telah tiba, hilda sangat sedih berpisah dengan sahabat-sahabatnya. Mulai hari itu hilda sudah bukan anak SMA yang berseragam putih abu-abu. Hilda pun seperti angsa kecil yang mulai mengepakan sayapnya, berusaha menjadi lebih baik dan mencari jati dirinya.
Sesampainya hilda di rumah dan beristirahat, bunda Hilda pun mendekatinya untuk sekedar berbincang-bincang tentang kelanjutan Hilda untuk ke perguruan tinggi.
‘’nak,, kamu mau melanjutkan ke universitas mana setelah lulus nanti? Tanya bunda hilda
‘’saya mau ke universitas negeri yang dekat dari tempat tinggal” jawab Hilda
‘’ayah, bunda, dan om kamu yang di Bandung menginginkan kamu kuliah universitas Pelita (universitas yang berada di Bandung).’’
‘’saya engga mau kuliah jauh bunda, saya ingin kuliah di sekitar kota ini saja. Agar tidak jauh dari bunda dan ayah,,”
Maklumlah, Hilda yang saat itu baru berusia delapan belas tahun, tidak ingin jauh dari orang tua nya. Walau pun Hilda pernah di undang untuk mengikuti test beasiswa masuk perguruan tinggi di Jakarta. Kemudian Hilda pun melakukannya hanya untuk membahagiakan hati orang tuanya dan mencoba memberanikan diri untuk berpisah dengan orang tuanya. Namun kenyataan nya lain, hilda hanya mendapatkan 75% beasiswa dari test tersebut. Perasaannya pun bercampur antara senang dan sedih. Senang karena dia tidak jadi kuliah di luar kota dan sedih karena tidak mendapatkan beasiswa penuh, sedangkan orang tuanya menginginkanya.’’
***
Setelah kelulusan, Hilda rajin mencari informasi tentang perguruan tinggi yang dia inginkan. Mulai dari browsing, menanyakan ke teman-teman yang ingin melanjutkan kuliah, menanyakan ke saudara-saudaranya yang sedang kuliah maupun yang sudah lulus.
Pilihanan pun sudah ada di tangan Hilda, dia ingin melanjutkan di universitas negeri Nusantara karena bertempat tidak terlalu jauh dari rumah nya. Hilda pun mengatakan kepada orang tuanya tentang keinginan nya dan meyakinkan orang tuanya bahwa pilihannya itu terbaik dan bisa merubah keadaan lebih baik. Orang tua nya pun menyutujuinya. Perasaan nya bagaikan kupu-kupu terbang melayang-layang di taman bunga yang warnanya bermacam-macam sehingga menambah keindahan bunga di taman tersebut.
***
Hilda pun memulai daftar Seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri dengan sepupunya dan di temani teman sepupunya yang sudah kuliah di universitas yang hilda inginkan tersebut  secara on line. Hilda berusaha sekuat tenaga supaya berhasil dalam seleksi tersebut, dia mulai mengurangi waktu main bersama teman-temannya untuk menggantikannya dengan waktu belajar. walaupun banyak yang mengatakan kapada Hilda bahwa yang mengikuti seleksi tersebut kemungkinan kecil untuk mendapatkannya. Di karenakan banyak yang berminat untuk masuk perguruan tinggi negeri.
Setelah satu bulan berlalu sudah saatnya Hilda untuk mengikuti mengikuti test seleksi nasional masuk perguruan tingi tersebut. Keluarganya sangat mendukungnya. Kakak perempuan nya pun selalu ada di sampingnya, mulai dari melengkapi berkas-berkas untuk seleksi dan menghantarkan hilda ke tempat tujuan untuk test. Test berjalan dua hari, pagi buta hilda harus sudah berangkat supaya tidak terlambat, bagaimanapun test tersebut sangat menentukan masa depannya.
***
Waktu berjalan dengan sendirinya dua bulan berlalu, tiba saat nya pengumuman test seleksi nasional masuk perguruan tinggi  negeri. Orang tua nya pun mengetahui bahwa hari itu pengumumannya.
“hilda, hari ini pengumumannya yah,, ayo bunda hantarkan kamu untuk melihat pengumuman” ucap bunda hilda
“hmmm.. iyah bunda, tapi nanti kalau aku tidak di terima, bunda jangan marah yah,, hehee (sambil senyum) “jawab hilda
“iyah.. kalau pun kamu tidak di terima bunda tidak akan marah ko”
Sebenarnya hilda sudah punya rencana jika dia tidak di terima dalam tes tersebut, dia akan menunda kuliahnya dan akan mengikuti test lagi tahun depan. Walaupun orang tua nya tidak menyutujuinya, hilda yakin jikalau gagal itu biasa dan terus berusaha itu baru luar biasa.
Ketika hilda dan bundanya sudah sampai untuk melihat pengumuman tersebut, hati hilda seperti genderang yang terus di pukul mengeluarkan bunyi yang sangat keras, perasaannya bercampur aduk, gelisah, penasaran,takut, dan sebagainya. Begitu hilda dan bundanya melihat pengumuman tersebut ternyata hilda di terima sebagai mahasiswi di perguruan tinggi yang dia impikan. Hilda pun sangat bersyukur kepada Allah yang telah mengabulkan doanya. Berterima kasih kepada keluarga yang selalu mendukung nya setiap saat untuk menggapai impiannya.
Nb: kita harus yakin bahwa sukses itu mimpi besar yang harus di wujudkan dan harapan itu seperti sebuah masa depan, apa yang Kita kerjakan sekarang adalah hasil dari apa yang ingin kita raih untuk masa depan kita.