Di sebuah rumah yang
sederhana, aku tinggal bersama keluarga ku. Saya anak ke tiga dari lima
bersaudara. Setiap hari saya slalu memperhatikan orang-orang yang berada di
sekitarku.
Waktu pun sudah
menunjukan pukul enam pagi. Akupun bersiap untuk berangkat, ku buka pintu depan
rumah, terlihat ada segerombolan anak remaja yang habis pulang dari pengajian
kitab kuning. Kitab kuning merupakan ajaran tentang agama islam yang di
dalamnya belajar tentang banyak mengenai islam.
Ketika aku masih keci,
pada waktu setelah mentari mulai terbenam suara adzan mengumandang, akupun
melaksanaakan ibadah. Setelah itu ku ambil al – qur’an dengan berpakaian
menutup auratku berjalan bersama dua kakak perempuan ku yang bernama fetin kakak
perempuan pertamaku dan yang bernama
leni kakak perempuanku yang ke dua untuk pergi ke rumah nenek ku belajar
membaca al-qur’an.
Aku dan dua kakak
perempuan ku berhenti di depan rumah saudaraku yang masih ada hubungan keluarga
besar, tepatnya mereka adalah sepupuku. Akupun berteriak memenggil mereka.
“teh titin, teh lilis,
teh lihah, kang tomi, ngaji yuuuuuuuuuuuk,,,, “ teriakku dari depan rumah
mereka.
“iyaaaah vuri,, tunggu
bentar yaaaaa… “ jawab teh titin dari dalam rumah.
“cepetaaaaaaaaaaaaan,,
nanti keburu kemalaman”
“iyaaa,, nanti yaaa..”
Kami pun menunggu
mereka yang sedang bersiap-siap untuk berangkat dengan kami.
“lama banget yah teh
merekaaa,,, kebiasaan bangetttttsss dah,,, “ ucap ku dengan kesal
“husssst,, jangan
begitu. Tunggu sebentar saja.sabar yaaah de.” Jawab kak leni
“tapi khan
lamaaaaaaa,,,”
“iyaaaaa,, tungguin
aja”
“hmmmm… Iya dwehhhh,,”
Setelah kami menunggu
lama, Mereka pun keluar dari rumahnya.
“maaf ya lamaaa” ucap
ka titin
“Iyah,,, gak apa apa”
jawab ka leni
“ka titin,, nanti
jangan gitu yaaa,,,” saut ku
“iyah na,,,”
Suasana magrib itu pun
menjadi ramai, di iringi dengan suara bacaan al-qur’an. sudah menjadi kebiasaan
suasana magrib di tempat orang yang sudah berusia seetengah baya ini, tepatnya
dia adalah nenek ku. Nenek ku seorang guru ngaji, banyak anak –anak remaja yang
datang ke rumah nenek setelah maghrib untuk menimba ilmu dengan nenek. Tepatnya
belajar ngaji.
Saaat nenek ku
menyuruhku untuk membaca al-qur’an, ku ajak lidahku untuk mulai bergerak
melantunkan ayat suci al-qur’an. ku mulai mengeluarkan suara indah yaitu suara
al-qur’an. aku, dua kakak perempuan ku, sepupuku, dan anak remaja yang lainnya
mulai membaca ayat suci al-qur’an. setelah kami selesai membaca al-qur’an kami
pulang dengan rasa gembira dengan bertambahnya ilmu tentng cara membaca
al-qur’an.
***
Sekarang usiaku mulai
beranjak 20 tahun. Aku adalah seorang mahasiswi yang kuliah di jurusan
kedokteran. Di subuh hari aku yang masih tertidur pulas. Terdengar
bunyi suara ayam berkokok dan suara adzan yang begitu indah dan sangat
menenangkan hati, Kemudian terdengar pula suara ibu ku yang sudah terlebih
dahulu bangun dari keluarga yang membangunkan aku dan anggota keluarga yang
lain untuk bangun melaksanakan sholat subuh.
“vuri,, hayoo bangun,,
waktunya untuk sholat” suara ibu dari ruangan sebelah kamarku
“iyah bu, nanti bentar
lagi.” Saut ku yang masih mengantuk karena semalam begadang
“sholat itu tidak boleh
di tunda-tunda nak, hayo bangun waktunya sholat sekarang” jawab ibuku yang
mencoba membujuku sambil mengetok pintu kamarku
“iya ibu. saya bangun
sekarang.”
“ya udah, cepat ambil
air wudhu setelah itu baca al-qur’an”
aku mencoba menggerakan
tubuh ku dan membuka mata untuk melihat dunia yang sudah di penuhi berbagai
macam keindahan. aku menuruti perintah ibuku. Setelah sholat kemudian membaca
al-qur’an. Sungguh indah suasana subuh itu. Masih terdengar hening. Mendengar
ibu membaca al-qur’an membuatku hatiku lebih sejuk. Setelah membaca al-qur’an
aku dan ibuku menyempatan waktu untuk sekedar bercerit tentang kuliah ku.
“vuri, kamu sudah
semester 5 ya?” Tanya ibu.
“iya bu, ko ibu Tanya
seperti itu,, kenapa??”
“Engga apa-apa, Ibu
menginginkan kamu cepat lulus. Karena
adik-adik kamu yang masih kecil masih panjang perjalanan hidupnya dalam
menempuh pendidikan.”
“Iya bu.aku juga ingin
cepat lulus. Supaya bisa membantu ibu, bapa, dan adik-adik”
“ya udah, sana kamu
siap-siap untuk berangkat, nanti kamu telat”
“Iyah bu”
Aku pun mulai
meninggalkan tempat duduk ku dan bergegas menyiapkan barang-barangku. Meski
terasa masih mengantuk aku pun mencoba semangat untuk bersiap membereskan
barang-barangku yang akan di bawa kembali ke kosanku. Aku mahasiswi yang lebih
banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Pulang ke rumah hanya hari sabtu dan
minggu.
“ibu, aku sudah siap
untuk berangkat” ucap ku, dari dalaam kamarku
“iyah nak,, mari
kesini”
“iya bu, “
“ini uang jajannya.”
“ko,, hanya segini bu,
mana cukup?”
“ibu,, punya uang hanya
cukup ini, walaupun ada sisa sedikit tu buat membeli sayur untuk keperluan di
rumah, jadi kamu harap maklum ya”
“yaaaaaah ibu,, teman aku
aja di kasih uang jajan nya lebih dari ini.”
Ketika aku sedang
berbicara dengan ibuku, tedengar suara kakak perempuan ku yang memotong
pembicaraan ku dengan ibu.
“vuri,, kamu itu harus
bersyukur,,, kalau di kasih jajan sama ibu terima apa adanya, kita di sini
engga enak-enak khan ko, engga makan enak, engga shoping, dsb”
“kakak tuh,, engga tau
keperluan aku disana,, aku kurang jika di kasih jajan dengan jumlah seperti itu”
“ya udah,, bersyukur
ja,, mikir dunk,, kakak juga waktu kuliah jajan nya kurang.”
Ayah yang mendengar
pembicaraan kami, ayah pun menjawab nya lagi.
“vuri,,,, kamu itu
harus terima apa adanya ya nak,, ayah juga dulu pas masih kecil jajannya
kurang. Ayah harus hidup mandiri pada waktu masih kecil, di karenakan ayah di
tinggalkan seorang bapak yang seharusnya berada di samping ayah.”
“Iyah ayah”
“bagus,, jikalau kamu
ingin berkecukupan ,, nanti aja jika kamu sudah lulus kuliah dan bekerja,
terserah kamu mau beli apapun. Ayah dan ibu senang jika melihat kamu
berkecukupan.”
Akupun mulai meneteskan
air mata dari kalimat Ayah yang barusan menesahatiku, aku harus sadar bahwa
menuntut ilmu perlu banyak pengorbanan yang harus di lakukan.
***
Hari libur pun tiba,
aaku pulang ke rumah. Sesampainya aku di rumah aku di ajak berbelanja dengan
kakak perempuanku. ketika aku baru pulang setelah berbelanja dengan kakak perempuanku,
saat ku letakan barang-barangku, ku mulai menghela nafas karena badan terasa
letih karena seharian membeli barang-barang, dan terdengar suara teriakan ibu
dari depan kamarku.
“vuri,, ada tamu di depan ,tolong buka pintu
nya nak,,”
“Iya bu,, tunggu
sebentar yaaa,,”
Saat ku ku mulai
membuka pintu depan rumah, pandangan ku terkejut melihat dua orang di depan ku,
ternyata mereka adalah yoga dan bayu,
saat ku mulai berucap untuk menyuruh mereka masuk. Hatiku mulai berdetak tak
karuan, raga ini rasanya ingin berlari kencang untuk menghindar dari mereka.
Karena ku saat ini tak ingin bertemu dengan yoga orang dulu pernah mengisi hari-hari
ku menjadi berwarna dan indah setelah itu membuat hidupku menjadi warna abu-abu
meninggalkan semua kenangan indah yang telah kami lewati. akhirnya ku mulai
memberanikan diri untuk berucap.
“silahkan masuk” ucapku
“iyah,,” ucap yoga.
“silahkan duduk”
Merekapun mulai duduk,
dan saat itu ku mulai berjalan ke dapur untuk membawakan mereka minuman. Begitu
minuman mulai ku letakan depan di meja mereka, hatiku kembali berguncang.
“silahkan minum” ucap
ku
“makasih ya vuri” jawab
yoga
“iyah sama” gimanaa
kabar kalian,,?”
“baik, kamu sendiri
bagaimana kabarnya?”
“baik juga”
“syukurlah kalau
begitu, oya,, maaaf ya jikalaau kedatangan kami mengganggu kamu”
“engga apa- apa ko,
slow ja”
Kami pun mulai
bebincang-bincang dengan pembicaran yang mengikuti alur, dan tak ku duga yoga
mengatakan hal ini kepadaku.
“vuri kita main yuk”
“main kemana??”
“Kemana aja, aku ingin
memberikan mu sebuah kejutan”
“kejutan apa”
“rahasia dunk, namanya
juga kejutan”
“ekhmmm, ciyeeeeee,,,,
yang CLBK, cinta lama belum kelar. Haaaahaaaa ( bayu yang memtong pembicaraan
dan mencoba menggoda kami)
“hussst,, apa an sih
luuu,, biasa ja kaliiii,,, weeeeeeh” saut yoga
“ini udah biasa kali
brew,,,”
“makanya diem aja, lu
khan tugas nya cumaa nganterin gw doank..huuuuuuuuuuuu”
“hmmm,, kalian lucu
yaaa” ucapku yang berusaha menyembunyikann rasa Maluku.
“iya iya vuri,, gw diem
deh sekaarang. Lagian tugas gw uma nganterin yoga supayya kalian balikan lagi
ko,, upzzttss keceplosaaan” ucap bayu
“hussst,, banyak
ngomong lu,, gw jadi malu tau ketahuan vuri,, ’’ bisik yoga pada bayu
Waktu malam itu pun
terus berjalan, waktu menunjukan pukul sepuluh malam, saat nya mereka untuk
pulang, karena di sekitar tempat tinggalku masih kental dengan agama. Jika ada
seorang anak remaja perempuan di datangi oleh teman laki-lakinya batas waktunya
jika malam sampai jam sepuluh. Mereka pun pamit pulang kepadaku dan kepada
kedua orang tua ku.
“vuri,, mau engga nanti
kita main?”
“iya,, lihat nanti aja
ya”
“ya udah aku tunggu
besok jawabannya sampa jam delapan pagi”
“iyah,, nanti aku sms
kamu”
Saat yoga mulai
menyalakan motor dan ban bon motor itu pun mulai berputar dan berlari menjauh
begitu pun orang yang mengendarainya meninggalkan ku, menghilang dari
pandanganku.
Ku beranjak ke kamarku
untuk mulai beristirat, ku pejamkan mata
ini, tapi mengapa kelopak matapun tak ingin menutup bola mataku. Mungkin mataku
sedang risau di karenakan otak ku memikirkan hal yang tak ku duga, yaitu yoga
ang mengajak ku menemaninya.
***
Pagi pun telah tiba, ku
lihat hand phone ku penuh dengan sms yang berisikan berbagai kata-kata indah
dari yoga. Di antaranya yang berisi bahwa yoga sangat memohon kepadaku untuk
menerima tawarannya. Akhirnya pilihan
pun sudah terjawab aku memilh untuk jalan bersama yoga. Yoga pun menjemput ku
dengan pakaian yang sangat modis dengan motor yang sangat keren.
“vuri, hayo kita
berangkat”
“iyah,, nanti dulu ya,
aku mau ijin dengan ibuku”
“aku juga mau sekalian
ijin dengan kedua orang tua mu”
“ok,, ayo kita ke
belakang”
Aku dan yoga mulai
berjalan ke belakang, terlihat ibu dan kedua kakak perempuan ku yang sedang
sibuk memasak dan membuat kue untuk perayaan maulid Nabi Muhammad. Sudah
tradisi di sekitar lingkungan rumah ku. Jika pada saat waktu maulid nabi
Muhammad, warga memasak dan membuat kue untuk perayaan”
“ibu,, saya minta ijin
untuk membawa vuri main denganku”ucap yoga
“iyah yoga,, hati-hati
yaa,,”
“iya bu,,”
“oya kalian pulang nya
sore yaa,, di karenakan nanti malam ada anton mau lomba adzan di masjid” (anton
adalah adik laki-laki ku)
“iyah bu” aku menjawab
Kami pun pergi ke
tempat yang indah, di situ yoga mulai berbicara kepadaku, mengatakan bahwa dia
ingin mengisi kembali hari-hariku. Dan bibirpun langsung mengatakan bahwa aku
masih menginginkan yoga untuk berada di sampingku. Entah mengapa bibir ini
sontak mengatakannya, mungkin karena aku masih menyanginya.
***
Akupun pulang sore
sesuai janjiku dan ke masjid bersama keluarga ku untuk melihat anton mengikuti
lomba mengumandangkan adzan. Setelah lomba selesai tibalah saat pengumuma nya.
Harapan kami menjadi kenyataan, anton menjadi juara pertama dalam perlombaan
tersebut.
Orang tuaku sangat
bangga kepada anton, mereka senang jika anak-anak mereka mempunyai segudang
prestasi.
No comments:
Post a Comment